Arsip

Posts Tagged ‘Kecerdasan Emosi’

Kecerdasan Emosi (3)

Januari 15, 2010 1 komentar

VIII. Peran Penting Ayah
Ahli-ahli psikologi berpendapat bahwa keterlibatan seorang ayah dalam pengasuhan anak itu penting. Menumpuknya bukti-bukti ilmiah sekarang menyarankan bahwa ayah yang terlibat terutama yang terlibat secra emosional terhadap anak memberikan sumbangan bagi kesejahteraan anak. Para ayah mempengaruhi anak dengan cara yang berbeda dengan para ibu, terutama di bidang-bidang seperti hubungan dengan teman sebaya dan prestasi akademis di sekolahnya.

Pengaruh ayah dimulai sejak dini. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Fatherhood Project menemukan bahwa bayi berumur lima bulan yang mempunyai banyak hubungan dengan ayah mereka menjadi tidak takut dan cemas di sekitar orang asing dewasa. Bayi-bayi itu lebih banyak mengoceh dengan orang asing dan memperlihatkan kerelaan digendong oleh orang lain dibanding dengan bayi-bayi yang ayahnya kurang terlibat. Studi lain membuktikan bahwa bayi-bayi berumur satu tahun kurang tangisnya apabila dibiarkan sendiri bersama orang lain seandainya mereka memiliki kontak dengan ayah mereka

Banyak peneliti mengatakan bahwa para ayah mempengaruhi dengan permainan. Bukan saja ayah itu biasanya menghabiskan lebih banyak persentase waktu mereka bersama anak-anak dalam kegiatan bermain, melainkan merekapun terlibat dalam gaya-gaya permainan yang melibatkan segi fisik yang lebih menggairahkan dibanding dengan para ibu. Penelitian yang dilakukan oleh Michael Yogman dan T.Berry Brazelton menemukan bahwa para ayah kurang banyak berbicara dengan bayi mereka tetapi lebih banyak menyentuh bayi-bayi mereka. Para ayah cenderung membuat bunyi-bunyian tepukan berirama untuk mendapat perhatian dari bayinya. Permainan ayah pun cenderung membawa anak-anak ke sebuah “roller coaster emotional” yang berpindah yang membutuhkan minat kecil sampai kegiatan-kegiatan yang menimbulkan minat yang lebih besar. Sebaliknya para ibu menjaga permainan mereka serta emosi-emosi bayi secara lebih tenang.

Meskipun perbedaan-perbedaan ini berlangsung jauh sampai ke masa kanak-kanak. Dimana ayah melibatkan anak-anak mereka dalam kegiatan-kegiatan yang kasar termasuk mengangkat air, mengayun dan main gelitik. Sering kali ayah membuat permainan sendiri yang aneh-aneh, sedangkan para ibu lebih cenderung tetap menggunakan kegiatan-kegiatan yang sudah teruji seperti membaca buku, ciluk ba, mengggerakkan mainan atau main puzzle.

Banyak ahli psikologi berpendapat bahwa gaya hingar bingar permainan kasar ayah ini merupakan jalan yang penting untuk menolong anak belajar tentang emosi-emosi. Bayangkan ayah sebagai seekor beruang yang menakutkan sedang memburu anak kecil yang riang gemvira menyeberag halaman. Atau memutar anak di atas kepalanya bagai naik pesawat, atau sebagai lawan dalam permainan pedang-pedangan. Permainan-permainan itu mungkin saja menimbulkan sedikt ketakutan tetapi sekaligus senang dan bergairah. Anak akan belajar mengamati dan bereaksi terhadap isyarat-isyarat ayah sebagai pengalaman yang positif. Ia misalnya menemukan bahwa menjerit dan membuat terkekeh-kekeh membuat ayah tertawa dan untuk melanjutkan permainan tersebut. Ia juga mendapat petunjuk bahwa permainan itu akan selesai dan ia belajar bagaimana memulihkan dirinya dari kegairahan dan tenang kembali.

Ketrampilan-ketrampilan itu bermanfaat ketika anak berpetualang ke luar di dunia luas yaitu teman teman bermain. Setelah ikut permainan kasar dengan ayah , ia akan tahu bagaimana membaca isyarat-isyarat orang lain ketika perasaan itu meninggi. Ia tahu bgaimana memuat sendiri permainan yang menggairahkan dan bereaksi terhdap orang lain dengan cara-cara yang tidak terlampau tenang maupun keluar dari kendali. Ia tahu menjaga emosi-emosinya pada tingkat yang optimal bagi permainan dengan penuh kesenangan.

Suatu kajian oleh Ross Parke dan Kevin Mc Donald memberikan bukti adanya kaitan antara permainan fisik ayah dengan bagaimana anak-anak itu rukun dengan teman mainnya. Ketika mengamati anak-ansk, para peneliti menemukan bahwa anak-anak yang ayahnya memperlihatkan permainan fisik yang tinggi menjadi paling populer bila ayah-ayah mereka bermain dengan mereka dengan cara cara yang tidak memaksa dan mengatur. Anak-anak yang tinggi permainan fisik dengan ayahnya namun ayah bersukap suka memerintah menerima angka popularitas paling rendah. Hal ini paling penting untuk mengingatkan para ayah agar menghindarkan kecaman , penghinaan, perendahan dan memaksakan kehendak karena akibat yang terjadi akan sangat fatal sekali bagi perkembangan emosi anak.

Terlihat dari hal-hal diatas, walaupun interaksi anak dengan ibu juga penting tetapi dibandingkan dengan ayah mutu kontak ibu bukanlah merupakan peramal yang sama kuat mengenai keberhasilah dan kegagalan anak tersebut di sekolah maupun dengan teman-temannya.

Kecerdasan Emosi (1)

Januari 13, 2010 Tinggalkan komentar

I. Apa Itu Emosi
Emosi menurut Oxford English Doctionary adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu atau setiap keadaan mental yang hebat. Daniel Coleman merumuskan juga bahwa emosi adalah merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untu bertindak. Emosi dapat dikelompokkan sebagai suatu rasa amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, malu.

II. Otak Emosi
Amigdala adalah pusat emosi pada otak manusia , berbentuk seperti buah almond dan terletak di sisi otak dekat Hippotalmus. Bila amigdala mengisyaratkan ‘rasa takut’. Maka organ-organ tersbut akan mengirimkan pesan-pesan mendesak keseluruh bagian Otak. Misalnya memicu terbentuknya hormmon, memobilisasi pusat-pusat gerak, ataumemicu gerakan jantung dan pembuluh darah.

Cara kerja pusat emosianal dalam otak adalah : Pertama-tama, sinyal visual dikirim dari retina(yang laiin) ke bahasa Otak. Sebagian besar pesan tersebut kemudian dikirim ke korteks visual yang menganalisis dan menentukan makna dan respons yang cocok, jika respon berupa emosional maka sinyal dikirim ke amigdala untuk mengaktifkan pusat emosi. Tetapi, sebagian kecil sinyal asli langsung menuju ke amigdala dari Talamus dengan transmisi yang lebih cepat sehingga memungkinkan adanya respon yang cepat walaupun kurang akurat. Jadi , amigdala mampu memcu suatu respons emosional sebelum pusat-pusat korteks memahami betul apa yang terjadi.

III. Menyelaraskan Emosi dan Nalar
Sambungan antara amigdala dan neokorteks merupakan medan perang sekaligus persetujuan yang dibuat antara nalar dan perasaan. Hubungan antar sirkuit ini menjelaskan mengapa emosi demikian penting bagi nalar yang efektif, baik dalam membuat keputusan-keputusan yang bijaksana maupun sekedar dalam kita berpikir dengan jernih.

Contohnya adalah kemampuan emosi untuk mengacaukan dirinya sendiri. Ilmuwan-ilmuwan Sayraf yang dipelopori oleh Dr. Antonio Damasio (Iowa Unversity) menggunakan istilah ‘ingatan kerja’ untuk menyebut kemampuan atensi yang menyimpan fakta-fakta penting untuk menyelesaikan pekerjaan atau persoalan. Korteks prefrontal adalah wilayah otak yang bertanggung jawab untuk ingatan kerja itu. Tetapi adanya sirkuit dari limbik mennuju lobud prefrontal – artinya sinyal-sinyal emosi yang kuat seperti amarah, kecemasan dan semacamnya dapat menciptakan gangguan syaraf, menyabot kemampuan lobus prefrontal mempertahankan ingatan kerja. Itulah sebabnya mengapa apabila kita sedang `kacau` secara emosional dan mengapa kemurungan emosional yang terus menerus dapat menciptakan kecacatan dan kemampuan intelektual anak sehingga melumpuhkan kemampuan belajarnya.

Cacat cacat ini seringkali tidak kentara, dan tidak dapat terungkap pada test IQ atau SAT. Dalam suatu studi murid-murid sekolah dasar yang mempunyai IQ tinggi namun nilai raportnya buruk ternyata melalaui pengujian secara neuropsikologis, mereka memiliki fungsi korteks frontal yang cacat. Suka menurutkan dorongan hati, mudah cemas. Dan mereka walaupun memiliki IQ tinggi namun beresiko tinggi seperti kegagalan akademis, kecanduan alkohol dan semacamnya.. Otak emosional yang terpisah dari wilayah korteks dapat dibentuk melalui pengalaman masa kanak-kanak.

Kita mempunyai dua otak, dua pikiran dan dua jenis kecerdasan yang berlainan; kecerdasan emosional dan kecerdasan rasional. Keberhasilan dalam kehidupan ditentukan oleh keduanya, tidak hanya oleh IQ, tetapi kecerdasan emosional memilikui peranan penting pula.

IV. Ciri- ciri Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Emosional menurt Daniel Coleman adalah kemampua memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati, dan tidak melebih lebihkan kesenangan, mampu mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir dan berempati.

Menurut Salovet juga mecetuskan tentang kecerdasan emosional seraya memperluas kemempuan menjadi lima wilayah utama :

1. Mengenali Emosi Diri
Kesadaran diri waktu perasaan terjadi merupaka dasar kecerdasan emosional. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah pilot yang andal bagi kehidupan mereka, karena mempunyai kepekaan yang lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya.

2. Mengelola Emosi
Menangani perasaan agar perasaan dapat diungkapkan secara pas. Sebagai contoh adalah kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan. Orang yang buruk kemampuannya dalam bidang ini akan terus-menerus bertarung dengan kemurungan, sementara mereka yang pandai akan lebih cepat bangkit dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupannya.

3. Memotivasi diri sendiri
Kendali diri emosi-menahan diri terhadap kepuasan – adalah keberhasilan dalam berbagai bidang. Orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal yang mereka kerjakan.

4. Mengenali emosi orang lain
Empati, kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri emosional, merupaka ketrampilan bergaul dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan dan dikehendaki orang lain.

5. Membina hubungan
Merupakan ketrampilan meneglola emosi orang lain. Ketrampilan ini menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Orang yang hebat dalam ketrampilani ini akan sukses dalamm bidang apapun yang mengandalkan pergaulan mulus dengan orang lain.