Arsip

Archive for the ‘Uncategorized’ Category

CATATAN LARI

lari untuk kesehatan dan ketenangan jiwaIni adalah tahun ke-3 saya aktif menekuni lari sebagai olahraga rutin saya. Saya tidak membayangkan sebelumnya bahwa lari atau jogging akan menjadi olahraga yang saya tekuni untuk menjaga kesehatan.

Saya memilih olahraga lari, disamping karena adanya komunitas lari di kantor, juga karena olahraga ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya yang tinggi. Modal yang paling kuat hanyalah kemauan yang tinggi untuk memulai berlari. Selebihnya, terkaitperlengkapan lari seperti sepati, kaos, topi, dll dapat disesuaikan dengan kemampuan.

Dulu, bagi saya lari bukan olahraga yang menyenangkan. Gerakan yang monoton, langkah kaki yang diulang-ulang terkesan menjemukan. Selain itu, lari ternyata bukan olahraga yang ringan. Awal kali mencoba lari, baru jarak 50 meter sudah ngos-ngosan.

Seiring berjalannya waktu, saya menikmati lari sebagai kegiatan refreshing saya di pagi hari atau pada saat hari libur. Gerakan-gerakan yang monoton tidak lagi menjemukan. Langkah kaki yang ritmis justru sy hayati seperti layaknya orang sedang berdzikir, yang melakukan aktifitas yang sama berulang-ulang (menyebut nama Allah) dalam waktu tertentu yang berdampak pada ketenangan jiwa.

Lari saya jalani sebagai kegiatan yang komtemplatif. Sering pada saat lari tiba-tiba pikiran berkecamuk dan muncul ide-ide yang mencerahkan. Saya pernah membaca suatu artikel di internet bahwa inovasi dan kreatifitas justru muncul pada saat orang melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat refreshing atau kontemplatif.

Semenjak mulai lari bulan November 2016 hingga saat ini, berdasarkan record aplikasi STRAVA, saya sudah menempuh jarak 1336 KM dengan frekuensi lari sebanyak 288 kali. Sebuah pencapaian yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Bagi kesehatan, jelas sekali dampaknya. Berat badan sy turun 12 kg, indicator-indikator kesehatan seperti kolesterol, asam urat dan tekanan juga cenderung normal terkendali. Tubuh lebih bugar dan tidak gampang sakit.

Let’s run for health and peace of mind!

Kategori:Uncategorized

Wanita Karir Memutuskan Bekerja: Tips Berbicara Kepada Anak

April 17, 2016 1 komentar

Dilema Wanita KarirWanita pada era ini, sering dihadapkan pada perasaan bimbang, apakah menjadi ibu rumah tangga yang fokus mengurus anak di rumah atau menjadi wanita karir. Dua pilihan ini sama-sama memiliki alasan kuat, yang terkadang agak sulit memilih pilihan terbaik di antara keduanya. Yang bisa dilakukan adalah berupaya semaksimal mungkin peran sebagai orang tua, tatkala memilih harus menjadi wanita karir.

Bagaimana cara berbicara kepada anak apabila seorang wanita memutuskan untuk bekerja. Berikut tips-tipsnya:

  1. Berhati hatilah dengan menceritakan permasalah dan suka duka bekerja jangan berikan kesan anda terpaksa bekerja dan tidak menikmatinya.
  2. Upayakan diskusi yang seimbang antara keuntungan dan kesulitan bekerja sehingga anak belajar bagaimana anda menyelesaikan masalah.
  3. Jelaskan tentang gaji dan pentingnya uang dapat memberikan simulasi kepada anak.
  4. Apabila memungkinkan bawalah anak anda ke kantor anda dan perkenalkan anak dengan rekan kerja anda.
  5. Ajak anak untuk bekerja dalam permainan role play.
  6. Jagalah kesimbangan dengan ada seutuhnya untuk anak anda saat berada dirumah.

Be wise to be parent!

WORK-LIFE BALANCE: KUNCI KESEIMBANGAN HIDUP

April 17, 2016 2 komentar

work life balancesDefinisi • Work life balance (WLB) adalah kehidupan yang seimbang dimana individu mampu melaksanakan tanggung jawabnya di tempat bekerja, rumah dan di masyarakat dengan konflik peran yang sangat minimal (Clark,2000).WLB ini sangat penting untuk kesehatan mental,well being, self esteem dan kepuasan hidup secara keseluruhan (Clark,2000 ; Clarke,2003).

Tanda tanda mempunyai WLB

  1. Puas dengan kehidupan di tempat kerja dan dirumah
  2. Bisa memenuhi tanggung jawabnya di rumah dan tempat kerja tanpa rasa kecewa, sedih dan menyesal.
  3. Sehat secara emosi, jiwa dan fisik.
  4. Merasakan apapun keputusan yang diambil adalah atas pilihan sendiri bukan karena terpaksa

KENYATAAN mengenai WLB

  1. Individu yang sudah berkeluarga merasakan berkurangnya waktu yang berkualitas dan kebahagian hidup bersama keluarga yang menyebabkan stress dan tidak stabilnya keluarga (Sauve,2009).
  2. Meningkatnya kasus absent pada pegawai dikarenakan masalah WLB.
  3. Masalah WLB semakin meningkat dalam 10 tahun terakhir ini (Barrette 2009) dengan meningkatnya jumlah wanita yang bekerja .
  4. Institusi yang pegawainya mengalami masalah WLB mengalami peningkatan biaya untuk kesehatan fisik dan mental yang memburuk pada karyawan, dan juga masalah berhentinya pegawai (Duxbury &Higgins,2003) dan juga tinggi nya tingkat absen dan rendahnya moral karyawan (sauve,2009).

Hal -hal terkait WLB

  1. Over time
  2. Kebanyakan Peran
  3. Kerja mempengaruhi Keluarga
  4. Keluarga mempengaruhi Kerja
  5. Beban dengan Pengasuh Anak
  6. Sandwich generation (harus menjaga anak dan orang tua).

Tanda tanda kemungkinan tidak tercapainya WLB

  1. Selalu merasa lelah dan capek yang tak berujung.
  2. Merasa tidak ada pilihan tidak ada kontrol terhadap pilihan hidup yang dijalani.
  3. Apabila anda merasa terlalu banyak hal yang belum terselesaikan daripada yang sudah terselesaikan.
  4. Apabila anda melihat lebih banyak hal negatif daripada positif dalam hidup.

Tips untuk mendapatkan WLB

  1. Ingatlah kenapa alasan utama anda untuk bekerja pada awalnya .
  2. Rencanakan segala sesuatu secara efektif.
  3. Buatlah batasan atas keterlibatan dengan pekerjaan .
  4. Mintalah pertolongan dan delegasikan tugas.
  5. Istirahatlah sejenak sebelum melanjutkan kegiatan yang lain.
  6. Bekerja , istirahat dan rilex perhatikan tanda -tanda burn out .
  7. Berlibur.
  8. Jadilah orang yang efisien dan terencana hindari kehebohan di pagi hari.
  9. Buatlah kalender keluarga jadi anak dapat menuliskan kegiatannya tempel di tempat terbuka, boleh buat kalender yang lucu dan kreatif.
  10. Biasakan untuk membuat waktu rutin tertentu bersama anak seperti sebelum tidur untuk memberikan pelukan hangat dan menyampaikan betapa anda mencintai anak.
  11. Ketika sampai dirumah biasakan menyapa anak dga hangat terlebih dahulu & biasakan utk ganti baju!
  12. Berada lah seutuhnya untuk anak anda ketika sudah dirumah dengar kan ceritanya sepenuh hati hindari : telefon email dan tv.
  13. Rencanakan kegiatan bersama anak anak anda :sarapan bersama, olah raga bersama piknik.
  14. Jangan mengasuh dengan rasa bersalah.
  15. Temukan support sistem yang baik.
  16. Rencanakanlah kegiatan bersama pasangan.
  17. Rencanakan lah kegiatan untuk me reward diri anda sendiri.

Mempraktekkan sebagian dari tips ini sudah sangat membantu Anda mencapai keseimbangan hidup!

Penghitungan Beban Kerja

Pengertian

Beban Kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan waktu tertentu.

Standar kemampuan rata-rata (SKR) pegawai atau standar prestasi rata-rata pegawai adalah standar kemampuan yang menunjukkan ukuran energi rata-rata yang diberikan oleh seorang pegawai untuk memperoleh satu satuan hasil.

Perhitungan beban kerja adalah suatu teknik untuk menetapkan waktu bagi seorang pegawai yang memenuhi persyaratan (qualified) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu dengan standar prestasi yang telah ditetapkan

Aspek-aspek Dalam Perhitungan Beban Kerja

  • Beban Kerja
  • Standar kemampuan rata-rata/standar prestasi

Standar kemampuan yang diukur dari satuan waktu disebut dengan    Norma   Waktu.

Norma waktu adalah satu satuan waktu yang dipergunakan untuk mengukur berapa hasil yang dapat diperoleh.

Rumus Norma Waktu :

Norma waktu =     Orang x Waktu/ Hasil

Contoh

Seorang juru ketik dalam waktu 30 menit dapat menghasilkan 2 lembar ketikan.

Norma waktu  =   1 orang pengetik x 30 menit/2 lembar ketikan

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata standar kemampuan seorang pengetik adalah 30 menit menghasilkan 2 lembar ketikan.

Standar kemampuan yang diukur dari satuan hasil disebut dengan norma hasil.

Norma Hasil adalah satu satuan hasil dapat diperoleh dalam waktu berapa lama.

Rumus Norma Hasil :

Norma Hasil  =                  Hasil/(orang x waktu)

Dari contoh tersebut dapat ditetapkan bahwa rata-rata standar kemampuan seorang analis jabatan untuk menghasilkan 1 uraian jabatan diperlukan waktu 2 jam.

Contoh:

Seorang analis jabatan untuk menghasilkan 1 uraian jabatan diperlukan waktu 2 jam

Norma hasil  =     1 uraian jabatan

1 analis jabatan x 2 jam

Dari contoh tersebut dapat ditetapkan bahwa rata-rata standar kemampuan seorang analis jabatan untuk menghasilkan 1 uraian jabatan diperlukan waktu 2 jam.

Waktu Kerja

Waktu kerja efektif adalah waktu kerja yang secara efektif digunakan untuk bekerja. Waktu kerja efektif terdiri atas Hari Kerja Efektif dan Jam Kerja Efektif

Perhitungan hari kerja efektif dalam 6 hari kerja adalah

  • 1 Tahun   =  365 hari
  • Hari Minggu =   52 hari
  • Hari libur lain =   14 hari
  • Cuti Tahunan =   12 hari
  • Hari kerja efektif = 365 hari – 78 hari    =  287 hari.

Jam kerja efektif adalah jumlah jam kerja formal dikurangi dengan waktu kerja yang hilang karena tidak bekerja (allowance) seperti makan, sholat, dan sebagainya.

Dalam menghitung jam kerja efektif sebaiknya digunakan ukuran dalam 1 minggu.

Penghitungan jam kerja efektif

Metoda Perhitungan Beban Kerja 

a. Metoda teknik analitis

Metoda ini adalah metoda ilmiah dengan menggunakan pengukuran waktu yang teliti melalui pengamatan langsung.

b. Metoda praktis empiris

Metoda ini didasarkan pada pengalaman perorangan atau pemegang jabatan.

c. Metoda identifikasi beban kerja

Metoda ini dilakukan dengan mengidentifikasi beban kerja melalui hasil kerja, objek kerja, peralatan kerja, dan tugas per tugas jabatan.

Prinsip Penyusunan Formasi Pegawai

Dalam penyusunan formasi pegawai hendaknya memperhatikan  prinsip-prinsip sebagai berikut:

  • Setiap jenjang jabatan jumlah pegawainya sesuai dengan beban kerjanya;
  • Setiap perpindahan dalam posisi jabatan baik karena adanya mutasi atau promosi, dapat dilakukan apabila tersedia posisi jabatan yang lowong;
  • Selama beban kerja organisasi tidak berubah, komposisi jumlah pegawai tidak berubah.

TEKNIK PERHITUNGAN BEBAN KERJA

Dalam penyusunan/perhitungan formasi pegawai dilakukan beberapa tahapan yaitu,

  • Analisis Jabatan
  • Perkiraan persediaan pegawai,
  • Perhitungan kebutuhan pegawai,

Analisis Jabatan

Setiap pegawai mempunyai jabatan, tugas, wewenang, dan tanggungjawab yang jelas.

Perkiraan Persediaan Pegawai

Persediaan pegawai adalah jumlah pegawai yang dimiliki oleh suatu unit kerja.

Perkiraan persediaan pegawai tahun yang akan datang adalah perkiraan yang terdiri atas pegawai yang ada dikurangi jumlah yang pensiun pada tahun yang bersangkutan.

Langkah-langkah menetapkan persediaan pegawai adalah sebagai berikut:

  • Menyusun daftar jabatan

Menyusun daftar jabatan beserta ringkasan uraian   tugasnya (ikhtisar) disertai dengan syarat   pendidikan, pelatihan, pengalaman, dan syarat lain   yang bukan menjadi syarat mental.

Perhitungan Kebutuhan Pegawai

Perhitungan dengan metoda umum/ metoda beban kerja

Perhitungan kebutuhan pegawai untuk jabatan fungsional umum/non struktural menggunakan acuan dasar data pegawai yang ada serta peta jabatan dan uraian jabatan. Oleh karena itu, alat pokok yang digunakan dalam menghitung kebutuhan pegawai adalah uraian jabatan. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menghitung kebutuhan pegawai adalah mengidentifikasi beban kerja melalui/dari:

  • Hasil kerja
  • Objek kerja
  • Peralatan kerja
  • Tugas per tugas jabatan

Pendekatan Hasil Kerja

Hasil kerja adalah produk atau output jabatan. Metoda  dengan menggunakan pendekatan hasil kerja adalah menghitung formasi dengan mengidentifikasi beban kerja dan hasil kerja jabatan. Metoda ini dipergunakan untuk jabatan yang hasil kerjanya fisik atau non fisik tetapi dapat di kuantifisir. Metoda ini efektif dan mudah digunakan untuk jabatan yang hasil kerjanya hanya satu jenis.

Dalam menggunakan metoda ini, informasi yang dipergunakan adalah :

  • Wujud hasil kerja dan satuannya
  • Jumlah beban kerja yang tercermin dari target hasil kerja yang harus dicapai
  • Standar kemampuan rata-rata untuk memperoleh hasil kerja.

Rumus menghitung kebutuhan pegawai dengan pendekatan metoda ini adalah :

∑Beban kerja/Standar kemampuan rata-rata X 1 orang

Pendekatan Peralatan Kerja

Peralatan kerja adalah peralatan yang dipergunakan dalam bekerja. Metoda ini digunakan untuk jabatan yang beban kerjanya bergantung pada peralatan kerja, seperti pengemudi, beban kerjanya bergantung pada kebutuhan operasional kendaraan yang harus dikemudikan.

Dalam menggunakan metoda ini, informasi yang diperlukan adalah:

  • Satuan alat kerja
  • Jabatan yang diperlukan untuk pengoperasian alat kerja
  • Jumlah alat kerja yang dioperasikan
  • Rasio jumlah pegawai per jabatan peralatan kerja (RPK)

Rumus menghitung dengan metoda ini adalah:

∑Peralatan kerja/Rasio penggunaan alat kerja X 1 orang

Pendekatan Tugas Pertugas Jabatan

Metoda ini adalah metoda menghitung kebutuhan pegawai pada jabatan yang hasil kerjanya abstrak atau beragam, artinya hasil kerja dalam jabatan banyak jenisnya.

Informasi yang diperlukan untuk dapat menghitung kebutuhan pegawai dengan metode ini adalah :

  • Uraian tugas beserta jumlah beban untuk setiap tugas
  • Waktu penyelesaian tugas
  • Jumlah waktu kerja efektif perhari rata-rata

Rumus  metoda ini adalah :

∑ Waktu Penyelesaian Tugas/∑  Waktu Kerja Efektif

 

Demikian, semoga membantu dalam penghitungan beban kerja.

 

4 Basic Skills Pengelola SDM

fungsi hrRekrutmen

Pengelola SDM harus mahir mempekerjakan dan merekrut karyawan baru. Mengidentifikasi, merekrut, wawancara dan mempekerjakan karyawan berkinerja tinggi sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang perusahaan Anda. Membuat kebijakan dan prosedur untuk proses rekrutmen dan mengajarkan keterampilan ini untuk semua manajer Anda juga penting untuk masa depan organisasi Anda.

 

Kompensasi dan Benefit

Pengelola sumber daya manusia juga harus mampu mengelola dan meningkatkan struktur kompensasi dan manfaat bagi pegawai. Mempertahankan karyawan terbaik baik tergantung pada banyak faktor. Gaji dan benefit lainnya merupakan dua factor penting yang mengindikasikan seberapa baik kesan karyawan terhadap perusahaan dan kemungkinan bahwa mereka akan tetap dengan perusahaan Anda di masa depan. Menyusun sebuah sistem kompensasi yang efektif dan menentukan yang terbaik paket manfaat bagi semua karyawan merupakan keterampilan yang wajib dikuasai oleh para manajer SDM.

 

Pelatihan dan Pengembangan

Keterampilan dalam mengelola pelatihan dan pengembangan juga aset penting bagi manajer sumber daya manusia. Kemampuan untuk membuat program-program pelatihan yang memecahkan masalah akan menghasilkan manfaat penting bagi organisasi Anda. Keterampilan mendesain instruksi kerja dan kemmapuan presentasi, menghasilkan program-program pelatihan yang menghasilkan hasil yang nyata bagi perusahaan Anda. Evaluasi program pelatihan dan umpan balik karyawan juga dibutuhkan untuk terus meningkatkan kualitas semua program pelatihan Anda.

 

Manajemen Kinerja

Kemampuan untuk secara efektif mengelola kinerja karyawan Anda merupakan bagian integral dari tugas pekerjaan manajer sumber daya manusia. Membangun dan menerapkan proses peningkatan kinerja yang lengkap merupakan keterampilan penting. Merancang proses review kinerja, mempertahankan kinerja dan memantau pelaksanaannya adalah tugas yang harus dimiliki para pengelola SDM. Untuk itu, coaching tentang cara menerapkan manajemen kinerja di masing-masing unit kerjanya menjadi agenda penting untuk mendongkrak kinerja perusahaan.

Tips Meningkatkan Keterlibatan Karyawan

engagement

Sebuah artikel di New York Daily News melaporkan bahwa hampir 70% dari karyawan AS tidak berkontribusi signifikan di tempat kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Gallup Poll menunjukkan bahwa mayoritas orang Amerika disengage dengan pekerjaan. Ini juga merupakan indikator bahwa para pemimpin kesulitan mencari cara untuk meningkatkan keterlibatan dengan karyawan yang jauh lebih beragam dan lebih muda dari sebelumnya.

Banyak perusahaan yang mengalami transformasi, di mana kepemimpinan memegang peranan penting dalam mengaktifkan secara penuh potensi dan kompetensi para pekerja. Pemimpin harus mampu membimbing karyawan untuk memiliki peran dan tanggung jawab yang nyata. Karyawan ingin merasa dihargai dan tertantang; mereka ingin dipercaya dan diberi kebebasan untuk mengeksplorasi dan belajar dari pekerjaan yang dilakukan. Karyawan yang menyediakan diri untuk tumbuh dan mengambil tugas yang lebih maju harus diberikan kesempatan untuk lebih mempercepat kemajuan mereka. Intinya adalah bahwa para pemimpin harus terus menerus menciptakan peluang baru bagi karyawan mereka.

Bagaimana pemimpin dapat menentukan apakah seorang karyawan mampu mengemban sebuah tanggung jawab jika Anda tidak terus-menerus menemukan cara-cara baru untuk melibatkan mereka? Dalam hal ini, dibutuhkan waktu dan tenaga ekstra yang perlu diluangkan oleh pemimpin untuk mengembangkan karyawan.

Direksi Pelindo III 2014 – 2019

Inilah susunan Direksi PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) yang baru dilantik pada hari Senin, 12 Mei 2014.

Djarwo Surjanto ditetapkan sebagai Direktur Utama,  sedangkan 4 (empat) Direktur lainnya terdiri dari : Husein Latief, Rahmat Satria, Toto Heliyanto, I Gusti Ngurah Akhsara Danadiputra.

Djarwo Surjanto sebelumnya adalah Direktur Utama dan Husein Latif merupakan Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha.

Direksi lainnya, Toto Heliyanto yang sebelumnya merupakan General Manajer Pelindo III Cabang Tanjung Perak.

Demikian pula dengan Rahmat Satria, sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Terminal Petikemas Surabaya (anak perusahaan PT Pelindo III).

Sedangkan salah satu anggota Direktur yang berasal dari luar Pelindo III adalah I Gusti Ngurah Akhsara Danadiputra, sesuai informasi yang diperoleh dari reporter majalah dermaga, I Gusti Ngurah Akhsara Danadiputra berasal dari Bank ANZ.

 

Kategori:Uncategorized

Kesalahan Umum Dalam Melamar Kerja

Sejak awal Anda harus menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul saat melamar pekerjaan. Nah, ada baiknya Anda ketahui 8 kesalahan umum yang seringkali dilakukan para pencari kerja. Coba simak di bawah ini:
Surat-surat tidak lengkap
Jangan pernah menganggap sepele kelengkapan surat lamaran. Maka sebelum melayangkan surat lamaran Anda, periksa kembali kelengkapan dokumen Anda. Satu saja ketidaklengkapan surat lamaran Anda, bisa dijadikan alasan penolakan permohonan kerja. So, lengkapi selalu dokumen lamaran Anda.
Terlalu banyak referensi
Referensi memang perlu Anda sertakan bersama surat lamaran dan curriculum vitae (CV). Tapi mencantumkan daftar referensi yang kelewat panjang juga bisa menimbulkan salah pengertian. Bisa jadi, Anda akan dianggap suka memamerkan dan menonjolkan diri. Untuk itu, sertakan referensi yang memang benar-benar penting, yang sekiranya dapat menambah penilaian. Jika referensi Anda tidak berhubungan dengan pekerjaan yang Anda lamar sebaiknya tidak usah disertakan.
Datang terlambat
Jam karet memang sudah menjadi budaya di Indonesia tapi hendaknya jangan sampai menulari Anda. Sekali Anda datang terlambat saat wawancara pekerjaan, penilaian terhadap diri Anda akan minus. Apalagi jika Anda melamar ke perusahaan asing, biasanya tidak ada toleransi bagi keterlambatan. Maka cobalah untuk ontime setiap kali memenuhi panggilan wawancara kerja.
Pakaian kurang sopan
Kesan pertama seringkali dimulai dari penampilan. Karena itu cara Anda berbusana menjadi hal yang sangat penting saat Anda datang melamar pekerjaan atau memenuhi panggilan wawancara. Penyeleksi mempunyai penilaian tersendiri ketika melihat pelamar kerja. Karena itu gunakan busana yang sopan dan lazim digunakan untuk kesempatan panggilan kerja. Hal ini juga perlu diikuti dengan penampilan secara keseluruhan, seperti rambut dan dandanan wajah yang rapih, pemakaian sepatu dan tas yang pantas.
Salah tulis atau sebut nama
Pimpinan perusahaan akan sakit hati seandainya namanya ditulis atau diucapkan secara keliru. Hal ini akan mempengaruhi kewibawaan dan reputasinya. Usahakan agar meneliti kembali saat menulis nama orang dalam surat lamaran atau menyapa seseorang.
Mencantumkan ketrampilan palsu
Jangan sekali-kali mencantumkan atau mengakui ketrampilan yang tidak Anda miliki. Ingat, penyeleksi akan lebih jeli akan hal ini. Mereka akan terus meneliti bagian-bagian dalam CV atau daftar riwayat hidup yang dianggap terlalu dibuat-buat. Bahkan ada yang mempersiapkan tes praktek langsung untuk menguji kebenaran laporan Anda. Oleh sebab itu jangan coba-coba menonjolkan sesuatu yang tidak Anda miliki.
Bicara berbelit-belit
Wawancara merupakan ‘moment’ yang tepat bagi Anda untuk mengungkapkan siapa diri Anda sebenarnya. Biasanya pewawancara akan menanyakan semua segi yang berhubungan dengan CV atau daftar riwayat hidup yang telah Anda kirimkan. Dalam menyerap informasi dari Anda, mereka menggunakan logika berpikir secara rasional. Setiap uraian akan dihubungkan dengan keterangan sebelumnya. Karena itu jangan memberi keterangan yang berbelit-belit. Apabila penyeleksi menganggap Anda memberikan keterangan yang tidak jelas, jangan berharap diterima.
Meminta fasilitas di awal seleksi
Ini merupakan kesalahan yang cukup fatal bagi pelamar kerja. Jika belum ada keputusan diterima jangan sekalipun menuntut fasilitas ini itu. Anda akan dianggap bermental materialistis. Walaupun tujuan bekerja salah satunya mendapatkan kelayakan materi, tapi sebaiknya, Anda harus menekankan apa yang bisa Anda berikan daripada apa yang akan Anda dapatkan. Biasanya jika Anda bisa memberikan kontribusi terbaik, fasilitas akan mengikuti Anda.
Sebenarnya masih banyak kelalaian lain yang kerap dilakukan saat melamar pekerjaan. Tapi jika Anda ingin sukses diterima bekerja tentunya Anda sudah semakin cerdas menerapkan cara melamar pekerjaan yang baik. Jangan lupa, kepandaian dan kecerdasan Anda juga perlu didukung oleh sikap yang menggambarkan moralitas dan intelektualitas yang positif. Selamat berburu pekerjaan…! [tri/*]

Kategori:Uncategorized

Pengalaman Dahlan Iskan Menjalani Transplantasi Liver (19)

Kamis, 13 Sept 2007,

Oleh:
DAHLAN ISKAN
email: iskan@jawapos.co.id
sms: 081 331 313 373

Waktunya Tiba, ketika Menggigit Pisang Berlumur Darah
SETUJUKAH dokter Singapura dengan pendapat Prof Shao dari Tianjin, Tiongkok, tentang rencana pemotongan limpa saya?

“Kalau tujuannya untuk menaikkan platelet, memang OK,” katanya. Dia juga setuju kalau sampai platelet turun terus, ketahanan tubuh saya kian habis dan saya akan mengalami perdarahan dari setiap lubang yang saya miliki. Ini juga sama dengan penjelasan Prof Shao. Waktu itu saya juga tanya ke Prof Shao: Pada angka berapa perdarahan itu akan terjadi? Katakanlah platelet saya (yang seharusnya minimal 150) sekarang tinggal 60. Dan masih akan turun terus.

“Setiap orang tidak sama,” jawab dr Shao. “Ada yang pada angka 60 seperti Anda sekarang sudah perdarahan,” tambahnya. “Tapi, ada juga yang baru perdarahan ketika platelet-nya sudah 50,” katanya lagi. Kapan platelet saya akan turun sampai angka 50? Berapa minggu lagi? “Tidak bisa diperkirakan begitu. Bisa saja tiba-tiba drop jadi 50 atau bahkan di bawahnya,” katanya. “Perhatikan saja lubang hidung Anda. Atau telinga. Atau kalau sedang sikat gigi,” tambahnya.

Meski setuju platelet saya harus dinaikkan, dokter Singapura ternyata tidak setuju kalau itu dilakukan dengan cara memotong limpa. “Dibuang saja sekalian,” ujarnya. Uh! Dalam istilah medis, pembuangan limpa itu disebut dengan splenectomy.

Mendengar kata “limpa dipotong” saja, saya sudah tidak senang. Ini malah disuruh membuang. “Tidak apa-apa. Orang bisa hidup tanpa limpa,” tambah dokter di Singapura itu. Memang, orang bisa hidup tanpa limpa. Tetapi, kan lantas tidak terlalu tahan terhadap infeksi. Makanya saya tanya ke dokter di Singapura itu. Fungsi limpanya bagaimana? “Diganti obat,” jawabnya.

Pemotongan limpa, menurut dokter Singapura itu, sangat berbahaya. Bisa timbul infeksi di tiga tempat yang akan mengakibatkan kematian. Yakni, infeksi di selaput dada, infeksi di tempat limpa dipotong. “Singapura sudah lama tidak mau lagi memotong limpa. Sudah lebih 15 tahun,” katanya. “Membuang limpa sama sekali malah lebih safe,” tambahnya.

Penjelasannya, meski singkat, sangat masuk akal. Saya bisa menerima sepenuhnya. Tapi, saya juga berpikir: Masak Prof Shao tidak tahu itu. Tidak mungkin, rasanya. Maka saya tidak begitu saja mengambil keputusan membuang limpa. Nanti, dalam kesempatan saya ke Tiongkok lagi, saya akan menemui Prof Shao untuk ’menguji’-nya. Itu, tentu, kalau masih sempat.

***

Saya memang harus ke Tiongkok lagi. Ada beberapa urusan. Urusan Jawa Pos sendiri, urusan pabrik steel conveyor belt-nya perusahaan daerah Jatim, urusan perusahaan daerah Kaltim, dan urusan menepati janji. Saya sudah berjanji kepada Dirjen minyak dan gas yang baru untuk mengajaknya ke Tiongkok. Untuk melihat bagaimana negara itu bekerja keras mencukupi kebutuhan minyak.

Sudah lama saya gemas, mengapa Indonesia sebagai negara penghasil minyak justru menderita ketika harga minyak dunia membubung? Sampai harus menaikkan harga BBM yang menghebohkan itu? Mengapa tidak justru menikmatinya? Ini semua karena produksi minyak Indonesia terus menurun dari tahun ke tahun. Terakhir, pada 2005, sudah berada di bawah satu juta barel per hari. Sudah sangat tidak layak menjadi anggota OPEC.

Kebetulan Dirjen Migas yang baru juga berambisi mengatasi hal itu. Saya ingin membantunya meski saya hanyalah rakyat biasa. Saya sering ke ladang minyak di Tiongkok. Saya melihat betapa semangatnya orang di Daqing (Provinsi Heilongjiang) dan di Panjin (Provinsi Liaoning) menggali minyak. Padahal, sumur-sumur minyak di sana lebih dalam dan iklimnya juga lebih beku. Minyak yang didapat pun lebih jelek dibanding minyak mentah Indonesia. Tapi, semangat untuk menggalinya luar biasa. Dengan alat-alat yang lebih sederhana mereka bisa menghasilkan minyak lebih banyak.

Hari itu kebetulan Dirjen Migas punya acara di Shanghai. Maka, saya ingin mengajaknya mampir ke Liaoning dan Heilongjiang. Saya janjian bertemu di Kota Dalian. Di bandara kota itu pukul 24.00, yakni saat pesawatnya mendarat dari Shanghai.

Paginya saya masih di kota Tianjin, untuk bertemu Prof Shao. Kepada ahli penyakit liver ini langsung saja saya semprotkan pertanyaan berdasar pendapat dokter di Singapura. “Di Singapura dokter tidak mau lagi memotong limpa. Di sana cara itu sudah dianggap kuno,” kata saya. “Siapa bilang itu kuno?” sergahnya. Suaranya meninggi. “Justru membuang limpa itu yang kuno sekali. Itu cara 60 tahun yang lalu,” katanya.

Ketika saya tanya soal risiko infeksi di tiga tempat yang sangat membahayakan, dia tidak mengelak. “Tentu saya tahu. Tapi, juga tahu cara menghindarinya,”’ katanya. Jawabannya tegas, mantap, dan percaya diri. Tinggal saya yang harus memilih lebih percaya kepada yang mana. Dua-duanya masuk akal. Dua-duanya bisa diterima secara medis. Ini soal pilihan. Giliran saya sendiri yang harus memutuskan.

Segera saya gunakan ilmu mantiq saya: sudah berapa kali Prof Shao melakukan pemotongan limpa? “Sudah banyak kali,” katanya. “Banyak itu berapa? Berapa puluh?” tanya saya lagi. “Sudah lebih dari 500,” jawabnya mantap. Ya, sudah. Saya pilih dipotong saja. Biar berkurang, tapi masih ada sisanya. Saya ingat usul-fikh ahli sunnah wal jamaah: Sesuatu yang tidak bisa dipakai semua, jangan dibuang semua.

Maka saya pun memutuskan akan titip nasib ke Prof Shao. Tapi, sore itu saya harus ke Dalian, karena tengah malam nanti harus menjemput Dirjen Migas di bandara kota itu. Penerbangan dari Tianjin ke Dalian memakan waktu satu jam. “Saya minta izin ke Dalian dulu. Rumah besar saya, Indonesia, akan terbakar,” gurau saya kepada Prof Shao. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Menarik panjang napasnya.

Tiba di Dalian sudah agak malam. Sudah waktunya makan malam. Saat makan malam itulah saya kaget. Ketika saya menggigit pisang, sisa pisang itu berlumur darah! “This is the time! Wo de shi jian dao le. Tibalah sudah waktu saya,” kata saya dalam hati. Saya menundukkan kepala sesaat. Memikirkan apa yang harus saya perbuat.

Saya lari ke toilet. Berkumur. Merah airnya. Berkumur lagi dan berkumur lagi. Ah, hilang merahnya. Satu jam kemudian saya berkumur lagi, tidak ada darahnya.

Saya pun bertekad tetap memenuhi komitmen saya. Saat menyalami kedatangan Dirjen Migas, saya tidak menceritakan apa yang terjadi atas diri saya. Saya terus tersenyum dan memberinya semangat untuk terus membangun dunia minyak. Saya tahu tekadnya kuat sekali untuk memperbaiki perminyakan Indonesia, dan karena itu saya antusias membantunya.

Pagi-pagi kami bermobil sejauh 400 km ke Panjin. Sorenya bermobil lagi ke kota Shenyang. Malamnya terbang ke kota Harbin. Pagi-pagi bermobil 500 kilometer ke kota Daqing. Dirjen serius sekali melihat semua itu. “Mereka ini benar-benar seperti koret-koret (mengais sisa-sisa) minyak,” katanya. Malam hari balik lagi ke Harbin. Pagi-pagi Dirjen kembali ke Beijing untuk balik ke Indonesia. Saya terbang ke Tianjin untuk pemotongan limpa saya.

“Lakukan sekarang!” kata saya begitu bertemu Prof Shao.
“Apa?” tanyanya.
“Potong saja limpa saya,” kata saya.
“Mengapa?” tanyanya lagi, kali ini seperti tidak percaya. Juga gondoknya kepada saya meningkat. Dia sudah sering mengancam untuk tidak mau lagi mengurus saya. “Wo bu guan ni,” katanya.
Tapi, saya tahu dia baik. Ujung-ujungnya luluh juga hatinya.
“Tidak bisa sekarang. Harus ada persetujuan istri Anda,” katanya.
“Saya bisa usahakan sekarang,” tegas saya.

Saya lantas menelepon istri saya. “Kalau nanti ada teman Jawa Pos membawa formulir ke rumah, tanda tangani saja. Formulirnya dalam bahasa Mandarin, kita nggak tahu maksudnya,” kata saya. Istri saya tidak bertanya banyak. “Saya akan operasi kecil,” kata saya tidak ingin menggundahkan hatinya.

Saya memang sudah beberapa kali operasi kecil. Yakni, untuk mengeluarkan benjolan yang ada di bawah kulit di beberapa bagian di tubuh saya. Saya langsung minta formulir persetujuan operasi dan memfaksimilikan ke Surabaya. Setelah ditandatangani istri saya, dikirim balik ke Tianjin.

“Ini persetujuan istri saya,” kata saya.
“Ini apa?” tanyanya melihat tanda tangan istri saya yang tidak lazim untuk mata orang Tiongkok.
“Itu tanda tangan istri saya. Bentuknya tidak penting. Tapi, doa di balik tekenan itu yang penting,” kata saya ingin setengah memuji istri saya, setengah melucu.

Ternyata Prof Shao tidak tersenyum. Saya lupa kalau dia komunis, yang tidak tahu apa itu doa.

Dengan datangnya persetujuan istri saya, saya mengira operasi pemotongan limpa bisa dilakukan hari itu, atau besoknya. Ternyata harus tiga hari kemudian. Mengapa? Karena ruang operasinya baru saja dirombak. Hari itu baru selesai. Dan, saya tidak boleh menjadi pasien pertama yang menggunakannya. Jadi, tidak bisa tanggal 6 Oktober 2006. Harus 8 Oktober.

Padahal, saya ingin operasi itu dilakukan pada 6 Oktober. Lalu, sebagaimana dijelaskan Prof Shao, sebulan kemudian saya sudah akan bisa keluar dari rumah sakit. Setelah operasi, 8 jam saya tidak boleh bergerak. Lalu seminggu tidak boleh turun dari tempat tidur. Tiga minggu berikutnya harus tetap di rumah sakit.

Saya ingin operasi itu dilakukan tanggal 6 karena pada tanggal 7 bulan berikutnya ada acara penting di Indonesia: menandatangani persetujuan proyek PLTU Kaltim dan peresmian gedung Expo Jatim. Maksud saya, tanggal 5 sebulan kemudian saya sudah bisa keluar dari rumah sakit. Langsung ke bandara untuk pulang ke Surabaya. Tanggal 7 sudah menandatangani perjanjian PLTU Kaltim dengan konsorsium bank dan meresmikan gedung Expo Jatim. Saya tidak pernah membayangkan operasi pemotongan limpa ini akan gagal.

Namun, dengan mundurnya tanggal operasi, waktu recovery saya tidak cukup. Itulah sebabnya, saat upacara tersebut saya terlihat pucat. Keringat dingin memang memenuhi badan saya. Hari itu, ketika saya di panggung, seharusnya masih di atas tempat tidur di rumah sakit di Tianjin. (Bersambung)

Pengalaman Dahlan Iskan Menjalani Transplantasi Liver (17)

Selasa, 11 Sept 2007,
Dokter Mengetuk Dada, Timbul Bunyi seperti Tong Kosong
SAYA pernah membenci kaus kaki. Setiap pulang dari bepergian, selalu saja kaki saya seperti balon panjang yang ditiup tidak sempurna. Besar atas bawahnya, dekok di tengahnya. Ini terjadi karena karet di kaus kaki tersebut menekan kaki saya. Karena yang dijepit adalah daging kaki yang bengkak, maka tidak gampang baliknya.

Pernah saya merasa penat. Yakni, saat habis makan malam dengan Wakil Presiden H M. Jusuf Kalla dan lima menteri yang menyertainya. Waktu itu kami makan di satu restoran kecil, namun istimewa. Saya tahu alamat restoran itu dari Rajimin, bos Hotel J.W. Marriott Surabaya yang juga konsul kehormatan Hongaria. Restoran itu ada di pojok Jalan Tianjin, Shanghai. Semua masakannya terbuat dari kepiting. Mulai supnya, makanan kecilnya, sampai makanan penutupnya. Enaknya luar biasa.

Pulang makan, saya mampir ke kios pijat kaki. Setelah melepas kaus kaki saya, si ahli refleksi kaget. “Karet kaus kakimu terlalu kuat. Lihat. Sampai membuat kakimu seperti ini,” katanya sambil melihat bagian kaki yang ’ambles’. Dia pun, seperti saya, ternyata juga menyalahkan kaus kaki.

Padahal, yang salah adalah kakinya. Tepatnya, yang salah sebenarnya liver saya yang tidak lagi mampu mengolah protein secara normal. Bahkan, kalau mau yang paling tepat lagi disalahkan adalah saya sendiri: Mengapa tidak menjaga baik-baik liver saya? Dua tahun lamanya saya membenci kaus kaki. Tapi juga tetap memerlukannya. Sebab, kalau tidak pakai kaus kaki, perut saya langsung kembung.

Begitulah. Hubungan saya dengan kaus kaki menjadi sangat unik: Jenis hubungan yang disebut love and hate -cinta dan benci. Dalam situasi terus membenci kaus kaki seperti itulah, saya terus beraktivitas. Terbang berjam-jam. Berkendaraan beratus-ratus kilometer. Di dalam negeri. Di luar negeri.

Sampai suatu saat saya punya urusan di kota Tianjin, 100 km dari Beijing. Di sini kebetulan ada kenalan dokter ahli liver yang hebat. Namanya Prof dr Shao. Seorang wanita tepat seumur saya, yang mengepalai bagian liver di suatu rumah sakit di sana. Dia dobel dokter. Dokter ilmu kedokteran Barat dan dokter ilmu kedokteran Tiongkok. Dia juga doktor di spesialisasi liver, limpa, dan empedu. Saya kepingin mencari pendapat pembanding. Benarkah tidak ada jalan keluar untuk problem bengkak saya itu. Benarkah sirosis itu tidak bisa disembuhkan, minimal dihentikan proses memburuknya.

Tentu, saya diminta Prof Shao untuk menjalani pemeriksaan ulang. Mulai kencing, kotoran, darah, liver, limpa, paru, sampai prostat. Juga menjalani pemeriksaan fisik yang dia lakukan sendiri. Yakni pemeriksaan secara kedokteran Tiongkok. Dia ketuk-ketuk rongga dada saya dengan jarinya. Timbullah suara seperti tong kosong. “Ini pertanda liver Anda memang sudah mengerut, mengecil,” katanya. “Di rongga dada Anda sudah mulai ada ruang kosongnya,” tambahnya.

Setiap Prof Shao memeriksa fisik saya, selalu banyak dokter muda yang diajaknya. Dokter-dokter muda itu menyimak dengan tekun apa saja dijelaskan Prof Shao sehubungan dengan kondisi badan saya. Dia memang juga pengajar di fakultas kedokteran yang terkait dengan rumah sakit itu.

“Lihat ini,” kata Prof Shao kepada para dokter muda itu. Sambil berkata demikian, Prof Shao menyingkap baju saya sampai dada saya terbuka. Lalu, dia memegang-megang payudara saya (eh, kalau milik laki-laki apa juga disebut payudara?). “Lihat payudara dia ini. Juga membesar. Seperti payudaranya gadis yang menginjak remaja. Orang yang terkena sirosis akan selalu seperti ini,” ujarnya.

Kenapa Prof Shao mengumpamakan payudara saya seperti payudara gadis belia, karena proses pembesaran kelenjar susu lelaki yang menderita sirosis memang mirip pertumbuhan payudara gadis yang beranjak remaja. Yakni dimulai dengan rasa nyeri pada bagian putingnya saat tersentuh sesuatu. Perlahan-lahan rasa nyeri itu berkurang, bersamaan dengan makin besarnya payudara. Seperti umumnya gadis remaja, pembesaran payudara saya juga dimulai dari yang kiri, baru kemudian yang kanan.

Jika liver saya tidak keburu ditransplan, payudara saya akan terus membesar menyerupai payudara wanita. Dalam istilah medis, pembesaran payudara yang saya alami itu disebut dengan gynecomasty atau ginekomastia.

Lama sekali dia memegang-megang payudara saya. Tapi, bayangan saya lebih kepada sirosis yang mengancam nyawa saya. Tidak hanya hari itu. Berkali-kali Shao menjadikan payudara saya sebagai alat peraga untuk mahasiswanya. Saya menerima saja. Bukan karena merasakan remasannya, melainkan itu memang penting agar orang lain jangan sampai seperti saya.

Setelah selesai bagian dada, tangannya turun ke perut. Dia periksa perut saya dengan dua tangannya. Dia pejamkan matanya seolah ingin merasakan benar apa yang berubah dari perut saya senti ke senti. Dia goyang-goyang perut saya. “Masih beruntung. Air belum masuk ke rongga perut,” katanya.

Prof Shao memang sangat khawatir air yang sudah memenuhi seluruh badan saya juga sudah mulai mengalir ke rongga perut. Sebab, memang begitulah proses yang akan terjadi berikutnya. Air akan “bocor” dan menggenangi rongga perut. Karena itu, penderita sakit liver seperti saya akan berakhir juga dengan keadaan perut membesar penuh air. Mula-mula perut akan seperti balon berisi air: Ginjur-ginjur. Dalam istilah medis, keadaan itu disebut dengan ascites.

Semakin lama, jumlah air di perut akan semakin banyak dan memaksa perut untuk membesar. Bersamaan dengan membesarnya perut, biasanya pembuluh-pembuluh darah di permukaan perut juga ikut melebar sehingga tampak seperti sarang laba-laba, tapi warnanya merah. Sesuai dengan tampilannya, para dokter menyebut pelebaran pembuluh darah itu dengan istilah spider veins.

Pada tahap berikutnya, perut yang besar itu mengeras. Saya sudah berkali-kali melihat perut orang sakit liver seperti ini dan biasanya sudah akan meninggal kurang dari enam bulan. Begitu juga ibu saya dulu. Satu pemandangan yang saya lihat ketika saya masih berumur 12 tahun dan terus hidup sampai saya sendiri dalam posisi akan mengalaminya.

Saya sendiri beruntung karena sampai saat transplantasi, saya tidak mengalami yang disebut ascites maupun spider veins itu.

“Ini harus dicegah sedini mungkin, sebisa-bisanya,” kata Shao kepada para dokter muda tersebut. Tapi, itu pun sifatnya hanya usaha untuk buying time.

Dokter di Singapura berpendapat sama. Dia memberikan dua jalan: Meminum obat agar kencing lancar dan meminta saya untuk tidak banyak minum. Dua-duanya saya jalani. Sampai-sampai saya pernah merasa takut pada air minum. Setiap mau minum, selalu terbayang bahwa sebagian air itu akan terus membuat badan saya bengkak. Sebagian lain akan membuat perut saya membesar, ginjur-ginjur, dan akhirnya mengeras.

Pada awalnya, saya agak terhibur dengan “pil pelancar kencing”. Tapi, lama-lama satu pil tidak cukup membuat kencing saya mengalir lancar. Harus dua pil. Ini pun lama-lama juga sudah kurang manjur. Terpaksa, saya terus mengurangi minum. Beberapa bulan terakhir saya hanya berani minum satu liter saja sehari. Ini karena kencing saya hanya sekitar 700 sampai 900 mililiter sehari semalam.

Di Tianjin, Prof Shao memberi saya obat Tiongkok yang sudah berwujud cairan infus. Tiap hari saya diinfus dengan itu dan bengkak berkurang. Kencing lancar sekali. Tapi, kalau infus dihentikan, tetap saja badan kembali bengkak. Shao menjelaskan mengapa demikian kepada para dokter muda -beberapa di antara mereka dokter muda dalam ilmu kedokteran Tiongkok.

Ketika saya banyak tanya mengenai khasiat dan bahaya setiap obat yang diberikan kepada saya, Shao bergegas menatap wajah-wajah dokter muda. “Lihat sahabat saya ini. Banyak bertanya. Kelak, semua pasien akan seperti ini. Kalian harus bisa menjelaskannya dengan sebaik-baiknya. Pasien memang punya hak untuk tahu,” ujar Shao sambil tangannya tetap di perut saya. Kadang tangannya mampir lagi ke payudara saya. Ini karena di antara dokter muda hari itu, ada wajah baru yang belum diberi tahu bagaimana payudara saya juga membesar seperti gadis menginjak remaja.

Lain hari, saya ingin Prof Shao ganti mengajar saya. Sebelum hari yang ditentukan itu tiba, saya beli kertas putih lebar. Lalu, saya tempelkan di dinding kamar rumah sakit. Saya ingin dia menjelaskan secara gamblang rangkaian penyakit saya. Saya juga beli spidol warna-warni untuk membedakan gambar aliran darah masuk dan keluar. Dia tersenyum melihat persiapan saya hari itu. “Wah, saya harus mengajar berapa jam?” tanyanya bergurau. Pipinya yang padat, hidungnya yang agak mancung, badannya yang tinggi, dan rambutnya yang ikal membuat penampilannya sangat aristokrat. Apalagi kalau berat badannya bisa turun satu kilo lagi. “Satu jam 10.000 yuan ya?” guraunya ketika menyebut uang setara Rp 11 jutaan tersebut.

Di dinding itu dia menggambar isi tubuh saya. Menjelaskannya sangat detail dan terang-benderang. Dia pandai sekali mengajar. Pasti banyak mahasiswanya yang senang. Saya juga belajar yang lain lagi: bahasa. Sebab, bahasa Mandarin yang dia gunakan sangat teknis dengan logat yang sangat Tianjin. Kini tahulah saya secara gamblang penyakit saya, terutama ancaman mati yang nyata di depan mata saya. “Ini tidak ada obatnya,” katanya tegas. Muncul karakternya sebagai pemimpin. “Kecuali istirahat total,” tambahnya. “Obat hanya memegang peranan kurang dari 15 persen. Yang 85 persen lebih adalah perilaku pasien sendiri,” ujarnya.

Prof Shao melarang saya banyak jalan, gerak, dan terlalu lelah. Tidak boleh marah, kemrungsung, dan berada dalam situasi tergesa-gesa. Padahal, salah satu hobi saya “mengejar” pesawat. Saya sering tidak sabar menunggu jadwal pesawat. Kalau pesawat yang akan terbang ke suatu tujuan masih tiga-empat jam lagi, biasanya saya cari pesawat ke jurusan yang lain dulu.

Saya juga tidak boleh merasa kesal. Tidak memikirkan banyak persoalan sekaligus. Tidak boleh mikir yang berat-berat. Saya harus pensiun. Saya hanya boleh memikirkan badan saya sendiri. Tidak boleh lagi mikir orang lain.

“Ibaratnya,” kata Prof Shao, “Rumah tetangga terbakar pun, 7Anda jangan peduli.” Tegas sekali peringatannya. Terang sekali contohnya. Hanya mahasiswa yang bodoh yang tidak bisa memahaminya. Dan saya ternyata termasuk “mahasiswa”-nya yang amat bodoh. (Bersambung)